Moses Bandwidth – Tahta Kebencian [Lyrics]



Teriakan psychopat wanita
Berharap mendirikan tahta
Melaju tanpa batasan mata
Tak menyadari diri jelata

Aliran deras darah kebencian
Diiringi puing puing makian
Lautan tenang berubah aliran
Gelombang permusuhan sepadan

Saat kubuka mata ternyata hanya
Angan tak pernah mati dan kata hati
Saat kulangkah maju tak pernah ragu
Rasa yang tlah pergi takan kembali

Barisan garda depan MBer’s
Selangkah menunggu genderang
Kami sangat benci peperangan
Tapi kami tak gentar serangan


1 komentar:

Mutiara Hikmah

Mata Air Yang Tak Pernah Kering
Pernahkah terlintas dibenak kita, Mengapa hidup tiap hari selalu begini ?, 

Mengapa yang di kerjakan itu-itu juga ? 
Perjalanan hidup kadang terasa begitu berat membelenggu, hidup terkadang terasa hampa dan melelahkan. 

Rutinitas hidup membuat kita kehilangan makna dari pencarian arti hidup itu sendiri. 
Selalu saja kita dituntut untuk beranjak dari satu waktu ke waktu yang lain. Siang dan malam berganti begitu cepatnya. Bangun dari tidur lelap kita di subuh hari, menunaikan sholat, sarapan pagi, meniti karir hingga tak terasa sore menjelang, dan malam pun kembali menyalami kita.
Cobalah kita mengurai kembali sejarah hidup kita, apakah masih lekat di ingatan kita bagaimana sosok kita dulu, bocah yang dengan polosnya menghabiskan waktu dengan bermain-main, merangkak perlahan untuk belajar berjalan, bahkan untuk sekedar mengucap alphabet, orang tua kita mengajari kita dengan susahnya. 
Lalu lihatlah diri kita saat ini, sadarkah ternyata bertahun-tahun masa telah kita lewati. 
Banyak wajah yang datang silih berganti, hingga menempatkan kita pada kurun waktu tertentu untuk belajar memaknai hidup. Apa kita sudah benar-benar mengerti untuk apa kita hidup? Tersentuhkah kita bahwa ternyata ada sesuatu yang terasa kurang dalam hidup, menjadi seperti dahaga yang terus saja menghampiri. Bagi seorang pemuda, Kerinduan akan pasangan hidup menjadi salah satu alasan mengapa hidup terasa hambar.
Ketentraman hati untuk bisa menjalani hidup dengan pendamping pujaan hati. Namun ketika Allah dengan rahasia-Nya yang unik menganugerahkan seseorang dari tangan-Nya, menjadi bagian terindah dalam separuh masa hidup kita, yakinlah… tetap saja akan terasa sama, karena ketika kita menggantungkan kekosongan jiwa kepada makhluk, ia hanya bisa mengisi ruang hati kita dengan keterbatasan waktu dan ruang yang ia miliki. Maka sekali lagi hanya hampa yang bisa kita dapati. “… Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.(QS. Ar Ra’d : 28).

Allah-lah yang abadi, tak pernah berhenti mengalirkan mata air kehidupan, sehingga dengannya kita mampu mencukupi dahaga hati ini, mengisi setiap ruang dengan penuh makna dan kedamaian sebanyak yang kita inginkan. Rasulullah pernah bersabda “Demi Allah, tiadalah kehidupan dunia dibandingkan dengan akhirat hanyalah seperti kamu memasukkan jarimu ke dalam laut dan lihatlah air yang terbawa oleh jari itu”. Harta yang melimpah dan status sosial yang baik pada dasarnya tidak akan memberikan kebahagiaan yang hakiki. Saat kematian menjemput, semua itu menjadi tak berarti. Hilang seketika.
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya.”( QS. Al Kahfi : 103-104). 

Bahwasanya menggantungkan setiap langkah kita hanya kepada Allah dan membenarkan ayat-ayat Allah dalam hati, lisan, dan perbuatan; tidak akan pernah membuat kita merasa rugi dan sia-sia menjalani hidup, membuat kita benar-benar yakin dengan apa yang kita kerjakan dalam rentetan waktu yang entah sampai kapan akan berakhir.
Sehingga kita tidak akan kehilangan arah, mengerti dengan pasti untuk apa hidup dan kemana terminal akhirnya. 
Kebahagiaan yang kita perjuangkan di dunia ini jangan sampai membuat kita melupakan kekalnya negeri akhirat, kenikmatan abadi bersama para bidadari di sebuah taman, yang dibawahnya mengalir sungai-sungai terindah. Allah Swt berfirman ”Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”(QS. Al Qashash : 60). 

Negeri dunia yang kita tempati saat ini hanyalah satu episode dari alur kisah yang panjang. Kita bermain peran sesuai dengan skenario Allah.
Namun episode yang ada saat ini, tidak lain akan menentukan posisi kita di episode selanjutnya. Saat ini, pada episode dimana kita sedang berkarya demi kemaslahatan hidup dan demi orang-orang yang kita cintai, ada satu hal yang sangat berharga dan jangan sampai kita lupakan. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Ma’idah ayat 5 : “…Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi”. Mengapa keimanan menjadi penting dalam rutinitas hidup kita di dunia, hal itu karena keimanan menjadi fondasi dalam agama kita. Apapun yang kita lakukan hanya dapat memiliki nilai apabila kita sungguhsungguh mempertahankan iman hingga hembusan nafas terakhir. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api”.
Cukup jelaslah bagi kita bagaimana menyikapi perjalanan hidup ini sehingga kehampaan dan kesia-siaan tidak membayangi kita. Kita butuh manisnya iman untuk menjalani hidup. Kita butuh ketentraman dan kedamaian hidup dengan selalu mencintai Allah.Saudaraku…, untuk mencintai Allah, tidak ada cara lain selain dengan kita mengenali diri-Nya. Subhanallah, cinta unik yang dapat membuahkan rasa takut, tawakal, pengharapan, ketergantungan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Jika kita takut kepada makhluk, maka niscaya kita akan lari darinya namun jika kita takut kepada Allah, tentulah kita akan mendekat kepada-Nya. Ibnul Qoyyim mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama dengan melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua dengan melihat, merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran : 190).
Demi meraih keridhoan-Nya, kita mampu dengan tulus hati mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketika orang-orang mengalami gundahgulana dalam hidup, kita tersenyum dengan hati yang tentram karena rasa aman yang Allah anugerahkan. Dan ketika orang-orang dirundung rasa takut menghadapi segala macam problema hidup, kita memiliki keberanian yang tak tersangsikan karena kita yakin bahwa Allah mengerti betul apa yang terbaik untuk diri kita. Kita memang tidak selalu tahu rencana Allah untuk kita, tapi yakinlah bahwa Allah selalu memiliki rahasia yang jauh melebihi kemampuan manusia. Optimisme dalam hidup untuk terus berbuat kebaikan harus ada dalam setiap pribadi muslim. “… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”(QS. Yusuf : 87).
Kita tak selalu mendapatkan apa yang kita sukai, oleh karena itu berusahalah kita untuk selalu menyukai apapun yang kita dapatkan. Syukur membuat segala beban hidup kita menjadi ringan, kita pun akan merasakan sebuah kekuatan yang akan tumbuh dari kesederhanaan. Kekuatan untuk bisa berbagi dengan sesama. Manusia adalah makhluk yang lemah, benar-benar memiliki keterbatasan. Sehingga tidak semua apa yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Sesungguhnya apa yang telah kita miliki saat ini pun adalah karena luasnya rahmat Allah. Kita tidak mempunyai kuasa dengan apa yang kita miliki.
Jangan sampai Allah mengambil kembali apa yang dititipkan-Nya kepada kita hanya karena kita tidak pandai mensyukuri apa yang telah ada. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”(QS. Ibrahim : 7) 

Bersyukurlah kita kepada Allah, Rabb yang menggenggam segala apapun di semesta. Tiada satu serpih partikel pun yang berada di semesta kecuali semua ada dalam kuasa- Nya. Dengan taburan Rahman dan Rahim-Nya kita masih diberi nafas untuk senantiasa memperbaiki diri. Percayalah, kita penuh dengan kekhilafan, namun dengan ijin Allah, Insya Allah masih ada kesempatan untuk kita menjalani hidup yang hanya satu kali ini dengan senantiasa berada di atas jalan petunjuk-Nya, memaksimalkan wujud ketundukan kita.
Tumpahkanlah air mata penyesalan sebagai tanda taubat kita sehingga Allah ridho mengampuni segala kesalahan kita, memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang sholeh dan berkenan memasukkan kita ke surga- Nya. Saudaraku… tundukkanlah hati kita, rendahkanlah diri dihadapan-Nya. Semailah benihbenih kebaikan. Negeri akhirat yang abadi sungguh lebih baik dan lebih indah disbanding fatamorgana dunia. Temukan sebuah energi yang dapat membawa perubahan baru bagi diri dan jiwa kita. Hidup tidak akan terasa hampa, tidak pula akan sia-sia. Ada mata air yang tak pernah kering untuk mencukupi dahaga jiwa kita. Insya Allah…

Wallahu’alam bi showab

Sumber : Wahyu Ridhoni

0 komentar:

Final Struggle



Aku dibuai harapan menjanjikan
Dimanja sang ekspetasi
Disanjung buaian tak pasti
Namun kini serasa dijatuhkan
Oleh sang pencuri mimpi
Hilang sudah selubung kabut ilusi

Aku terdampar, di tengah padang gersang
Ditampar realita yang meradang
aku apatis
Mengapa semua berbalik drastis

Namun kini semua berubah
Sang waktu tak diam tertahan
Perlahan ia mengambil peran
Membawa secawan kasih baru
Pada jiwa yang haus rindu

Tak terduga kuasaNya yang tercurah
Untuk umat yang berserah
Dan semua terasa mudah

Dirimu hadir
Bagai bingkisan kasih dariNya
Segala gundah perlahan sirna
Dan kuingin hadirmu,
Bagai pelangi di ladang kaktus.


0 komentar: